Koneksi Antar Materi Modul 3.1- Rangkuman Proses Pembelajaran Program Guru Penggerak
Assalamualaikum Warahmatullah Wabarakatuh...
Bismillahirrohmaanirrohiim...Saya Devi Setiawan CGP Angkatan 4 dari Instansi SDN 01 Argomulyo Kabupaten Way Kanan Lampung, akan membuat sebuah rangkuman dari proses perjalanan pembelajaran Saya dari awal sampai saat ini pada program guru penggerak ini.
Bagaimana pandangan Ki Hajar Dewantara dengan filosofi Pratap Triloka memiliki pengaruh terhadap bagaimana sebuah pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran diambil?
Pada Modul 1.1 dijelaskan tentang filosofi pendidikan Indonesia pemikiran dari Ki Hajar Dewantara, bahwa "pendidikan dan pengajaran merupakan usaha persiapan dan persediaan untuk segala kepentingan hidup manusia, baik dalam hidup bermasyarakat maupun hidup berbudaya dalam arti yang seluas-luasnya". Pendidikan adalah tempat persemaian benih-benih kebudayaan dalam masyarakat. KHD memiliki keyakinan bahwa untuk menciptakan manusia Indonesia yang beradab maka pendidikan menjadi salah satu kunci utama untuk mencapainya. Pendidikan dapat menjadi ruang berlatih dan bertumbuhnya nilai-nilai kemanusiaan yang dapat diteruskan atau diwariskan. Kemudian Ki Hadjar menjelaskan bahwa tujuan pendidikan yaitu: "menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Oleh sebab itu, pendidik itu hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak” . Jadi tugas kita sebagai guru adalah hanya bisa menuntun anak murid kita agar mencapai tujuan pendidikan yang sebenaranya.
Berdasarkan pandangan KHD terkait Pratap Triloka yang dikenal dengan semboyannya yaitu ing ngarso sung tuladha yang diartikan sebagai seorang pemimpin dalam hal ini guru hendaknya mampu memberikan contoh/tauladan yang baik kepada muridnya, inilah prinsip pertama yang harus dimiliki oleh seorang guru. Keteladanan menjadi sebuah hal yang penting karena akan berpengaruh pada tingkat kepercayaan orang-orang yang dipimpinnya terhadap dirinya. ing madya mangun karsa yang diartikan bahwa seorang pemimpin mampu membangun karsa/kemauan atau pemberi semangat/motivasi, sehingga pembelajaran yang dilakukan akan terasa mudah atau ringan dan akan semakin mempererat hubungan antara guru dengan murid, namun tidak melanggar etika jalur pendidikan. Dengan menerapkan ing madya mangun karsa, guru diharapkan mampu menjadi rekan sekaligus sebagai pengganti orang tua murid, sehingga guru mampu mengetahui kebutuhan belajar murid. Salah satu kebutuhan belajar murid adalah keterampilan mengambil keputusan sehingga menjadikan murid manuia yang berbudaya dan bagagia sebagai bagian dari anggota masyarkat. Tut wuri Handayani yang artinya seorang pemimpin mampu memberikan dukungan, arahan, dan semangat kepada muridnya. Berdasarkan hal tersebut di atas guru sebagai pemimpin pembelajaran harus mampu mengambil sebuah keputusan yang tepat dan bijaksana serta berpihak kepada murid yang merupakan pusat dalam sistem pendidikan.
Lebih detail bisa di baca di https://devi-setiawan.blogspot.com/2021/11/kesimpulan-dan-refleksi-pemikiran-ki.html
Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?
Setiap guru seyogyanya memiliki nilai-nilai positif yang sudah tertanam dalam dirinya. Nilai-nilai positif yang mampu mempengaruhi dirinya untuk menciptakan pembelajaran yang berpihak pada murid.
Nilai-nilai yang akan membimbing dan mendorong pendidik untuk mengambil keputusan yang tepat dan benar. Nilai-nilai positif tersebut seperti mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif, serta berpihak pada murid. Nilai-nilai tersebut merupakan prinsip yang dipegang teguh ketika kita berada dalam posisi yang menuntut kita untuk mengambil keputusan dari dua pilihan yang secara logika dan rasa keduanya benar, berada situasi dilema etika (benar vs benar) atau berada dalam dua pilihan antara benar melawan salah (bujukan moral) yang menuntut kita berpikir secara seksama untuk mengambil keputusan yang benar.
Nilai-nilai positif mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif serta berpihak pada murid adalah manifestasi dari pengimplementasian kompetensi social emosional kesadaran diri, pengelolaan diri, kesadaran social dan keterampilan berinteraksi social dalam mengambil keputusan secara berkesadaran penuh untuk meminimalisir kesalahan dan konsekuensi yang akan terjadi.
Keputusan tepat yang diambil tersebut merupakan buah dari nilai-nilai positif yang dipegang teguh dan dijalankan oleh kita. Nilai-nilai positif akan mengarahkan kita mengambil keputusan dengan resiko yang sekecil-kecilnya. Keputusan yang mampu memunculkan kepentingan dan keberpihakan pada peserta didik.Nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita bisa berpengaruh kepada bagaimana kita mengambil sebuah keputusan. Karena keputusan-keputusan yang diambil oleh seseorang akan merefleksikan nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh orang tersebut. Ketika seseorang memiliki nilai-nilai positif yang tertanam dalam dirinya seperti religius, mandiri, reflektif, Kolaboratif maka keputusan yang akan diambil adalah yang bisa memberikan manfaat untuk banyak orang walaupun tidak semua menyukainya.
Bagaimana kegiatan terbimbing yang kita lakukan pada materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan 'coaching' (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil. Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut. Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi 'coaching' yang telah dibahas pada modul 2 sebelumnya.
Coaching adalah ketrampilan yang sangat penting dalam menggali suatu masalah yang sebenarnya terjadi baik masalah dalam diri kita maupun masalah yang dimiliki orang lain. Dengan langkah coaching TIRTA, kita dapat mengidentifikasi masalah apa yang sebenarnya terjadi dan membuat pemecahan masalah secara sistematis. Konsep coaching TIRTA sangat ideal apaila dikombinasikan dengan sembilan langkah konsep pengambilan dan pengujian keputusan sebagai evaluasi terhadap keputusan yang kita ambil.
Pembimbingan yang telah dilakukan oleh pendamping praktik dan fasilitator telah membantu saya berlatih mengevaluasi keputusan yang telah saya ambil. Apakah keputusan tersebut sudah berpihak kepada murid, sudah sejalan dengan nilai-nilai kebajikan universal dan apakah keputusan yang saya ambil tersebut akan dapat saya pertanggung jawabkan.
TIRTA merupakan model coaching yang dikembangkan dengan semangat merdeka belajar. Model TIRTA menuntut guru untuk memiliki keterampilan coaching. Hal ini penting mengingat tujuan coaching, yaitu untuk melejitkan potensi murid agar menjadi lebih merdeka. TIRTA adalah satu model coaching yang diperkenalkan dalam Program Pendidikan Guru Penggerak saat ini. TIRTA dikembangkan dari Model GROW. GROW adalah akronim dari Goal, Reality, Options dan Will.
Goal (Tujuan): coach perlu mengetahui apa tujuan yang hendak dicapai coachee dari sesi coaching ini,
Reality (Hal-hal yang nyata): proses menggali semua hal yang terjadi pada diri coachee,
Options (Pilihan): coach membantu coachee dalam memilah dan memilih hasil pemikiran selama sesi yang nantinya akan dijadikan sebuah rancangan aksi.
Will (Keinginan untuk maju): komitmen coachee dalam membuat sebuah rencana aksi dan menjalankannya.TIRTA akronim dari :
T : Tujuan
I : Identifikasi
R : Rencana aksi
TA: Tanggung jawab
Coaching merupakan ketrampilan yang sangat penting dalam menggali suatu permasalahan yang sebenarnya terjadi baik masalah dalam diri kita maupun masalah yang dimiliki orang lain. Dalam proses coaching Pendamping atau Fasilitator sebagai coach akan menggali potensi yang dimiliki oleh muridnya (CGP) dengan memberi pertanyaan pemantik sehingga kami CGP dapat menemukan potensi yang terpendam dalam diri untuk dapat menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang dihadapinya tanpa paksaan dan campur tangan orang lain, serta mampu mengambil keputusan yang tepat dengan resiko yang paling kecil dan memberikan manfaat paling banyak. Dalam proses pembelajaran Fasilitator atau pendamping berperan sangat baik sebagai coach karena kami bisa menyelesaikan tugas-tugas kami sesuai waktu yang telah ditentukan. di Modul 2.3 pun dipelajari tentang keterampilan coaching yang membantu kami sebagai guru untuk menghadapi dan bagaimana interaksi yang baik dengan peserta didik.
Lebih lengkap bisa dibaca pada tautan link berikut ini
https://satuargomulyo.blogspot.com/2022/03/tirta-sebagai-model-coaching.html
Berikut video latihan coaching saya bersama siswa
Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan?
Ketika seorang guru mampu mengelola dan ,menyadari aspek sosial emosionalnya dengan baik maka itu akan berpengaruh terhadap pengambilan keputusannya sebagai seorang pemimpin pembelajaran. Pengelolaan dan menyadari aspek sosial dan emosional akan memberikan manfaat:
1. Memberikan pemahaman, penghayatan dan kemampuan untuk mengelola emosi (kesadaran diri)
2. Menetapkan dan mencapai tujuan positif (pengelolaan diri)
3. Merasakan dan menunjukkan empati kepada orang lain (kesadaran sosial)
4. Membangun dan mempertahankan hubungan yang positif (keterampilan membangun relasi)
5. Membuat keputusan yang bertanggung jawab. (pengambilan keputusan yang bertanggung jawab)
Maka dari itu akan mempengaruhi seorang guru dalam mengambil keputusannya .
Sebagai seorang pendidik, kita harus mampu menjembatani perbedaan minat dan gaya belajar murid di kelas sehingga dalam proses pembelajaran murid mendapatkan pembelajaran yang menyenangkan dan sesuai profil belajar mereka masing-masing. Untuk itu diperlukan pengambilan keputusan yang tepat agar seluruh kepentingan murid dapat terakomodir dengan baik. Kompetensi sosial dan emosional diperlukan agar guru dapat fokus memberikan pembelajaran dan dapat mengambil keputusan dengan tepat dan bijak sehingga dapat mewujudkan merdeka belajar di kelas maupun di sekolah.
Berikut praktek saya ketika melakukan pembelajaran kepada murid :
Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik.
Keberpihakan dan mengutamakan kepentingan murid dapat tercipta dari tangan pendidik yang mampu membuat solusi tepat dari setiap permasalahan yang terjadi. Pendidik yang mampu melihat permasalahan dari berbagai kaca mata dan pendidik yang dengan tepat mampu membedakan apakah permasalahan yang dihadapi termasuk dilema etika ataukah bujukan moral. Seorang pendidik ketika dihadapkan dengan kasus-kasus yang fokus terhadap masalah moral dan etika, baik secara sadar atau pun tidak akan terpengaruh oleh nilai-nilai yang dianutnya. Nilai-nilai yang dianutnya akan mempengaruhi dirinya dalam mengambil sebuah keputusan. Jika nilai-nilai yang dianutnya nilai-nilai positif maka keputusan yang diambil akan tepat, benar dan dapat dipertanggung jawabkan dan begitupun sebaliknya jika nilai-nilai yang dianutnya tidak sesuai dengan kaidah moral, agama dan norma maka keputusan yang diambilnya lebih cenderung hanya benar secara pribadi dan tidak sesuai harapan kebanyakan pihak.Kita tahu bahwa Nilai-nilai yang dianut oleh Guru Penggerak adalah reflektif, mandiri, inovatif, kolaboratif dan berpihak pada anak didik. Nilai-nilai tersebut akan mendorong guru untuk menentukan keputusan masalah moral atau etika yang tepat sasaran, benar dan meminimalisir kemungkinan kesalahan pengambilan keputusan yang dapat merugikan semua pihak khususnya peserta didik.Sebagai manusia kita pasti pernah dihadapkan akan suatu masalah dimana masalah tersebut merupakan suatu bujukan moral (Benar Vs Salah) atau suatu dilema etika (Benar Vs Benar). Ketika dihadapkan dengan salah satunya maka secara naluriah kita akan mengambil keputusan sesuai dengan prinsip-prinsip yang sudah kita yakini dan kita anut. Jika nilai-nilai yang dianutnya adalah nilai-nilai positif maka keputusan yang diambil akan tepat, benar, dapat dipertanggung jawabkan, dan dilakukan demi kebaikan orang banyak. Sebaliknya jika seorang guru belum memiliki nilai-nilai yang positif atau sudah kehilangan idealismenya sebagai seorang guru maka keputusan yang diambil akan cenderung digunakan untuk mengutamakan kepentingan pribadi atau golongan dan tidak dapat dipertanggung jawabkan.
Materi pengambilan keputusan juga dapat di baca di link berikut
https://devi-setiawan.blogspot.com/2022/04/pengambilan-keputusan-sebagai-pemimpin.html
Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.
Dalam pengambilan keputusan yang tepat, benar adanya akan mencipyakan lingungan yang positif, kondusif aman dan nyaman baik bagi diri kita pribadi maupun untuk orang lain. Maka ketika mengambil keputusan gunakan 9 langkah pengujian pengambilan keputusan. Berikut adalah sembilan langkah yang sebaiknya dilakukan sebelum memutuskan sesuatu.
1. Mengenali bahwa ada nilai-nilai yang saling bertentangan dalam situasi ini.
2. Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini.
3. Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini.
4. Pengujian benar atau salah
a. Uji Legal (Pertanyaan penting di uji ini adalah apakah ada aspek pelanggaran hukum dalam situasi itu)
b.Uji Regulasi/Standar Profesional (apakah ada pelanggaran peraturan atau kode etik di dalamnya.)
c. Uji Intuisi (mengandalkan tingkat perasaan dan intuisi)
d. Uji Publikasi
e. Uji Panutan/Idola
Uji Intuisi berhubungan dengan berpikir berbasis peraturan (Rule-Based Thinking) yang tidak bertanya tentang konsekuensi tapi bertanya tentang prinsip-prinsip yang mendalam.
Uji publikasi, sebaliknya, berhubungan dengan berpikir berbasis hasil akhir (Ends-Based Thinking) yang mementingkan hasil akhir.
Uji Panutan/Idola berhubungan dengan prinsip-prinsip berpikir berbasis rasa peduli (Care-Based Thinking), dimana ini berhubungan dengan golden rule yang meminta Anda meletakkan diri Anda pada posisi orang lain.
5. Pengujian Paradigma Benar lawan Benar.
Dari keempat paradigma berikut ini, paradigma mana yang terjadi di situasi yang dihadapi
Individu lawan masyarakat (individu vs komunitas)
Rasa keadilan lawan rasa panggang (justice vs rahmat)
Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)
Jangka pendek lawan jangka panjang (jangka pendek vs jangka panjang)
Pentingnya mengidentifikasi betul paradigma ini, bukan hanya mengelompokkan permasalahan, namun membawa penajaman bahwa situasi yang Anda hadapi-betul mempertentangkan antara dua nilai-nilai inti yang kebajikan sama-sama penting.
6. melakukan Prinsip Resolusi
Dari 3 prinsip penyelesaian dilema, mana yang akan dipakai?
Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)
Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)
Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Berpikir Berbasis Peduli)
7. Penyelidikan Opsi Trilema
Dalam menghadapi dilema etika kita dihadapkan oleh 2 opsi yang harus kita pilih. kadang kita perlu mencari opsi diluar dari 2 pilihan yang sudah ada.
8. Buat Keputusan
Di tahap inilah tahap yang membutuhkan keberanian secara moral untuk melakukannya.
9. Lihat lagi Keputusan dan Refleksikan
Jika keputusan sudah diambil, maka kita perlu melihat kembali mulai dari proses saat pengambilan keputusan sehingga bisa menjadi acuan ketika saya dihadapkan dengan dilema etika yang lain.
Bisa juga dibaca pada link
http://devi-setiawan.blogspot.com/2022/04/konsep-pengambilan-dan-pengujian_12.html
Selanjutnya, apakah kesulitan-kesulitan di lingkungan Anda yang sulit dilaksanakan untuk menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Apakah ini kembali ke masalah perubahan paradigma di lingkungan Anda?
Dalam menjalankan pengambilan keputusan yang baik tidak selamanya berjalan dengan mulus, terkadang kita mengambil jalan dan keputusan yang salah terlebih dahulu dalam kasus yang sudah terjadi yang akhirnya memberikan pelajaran buat kita untuk lebih baik kedepannya. Kesulitan -kesulitan ini bisa disebabkan oleh banyak faktor, terutama kurangnya dan minimnya pengetahuan individu tersebut tentang bagaimana harus mengambil keputusan. Kemudian bisa dikarenakan kurangnya pengalaman hidup yang mampu mengajarkan dan mendewasakan seseorang dalam mengambil sebuah keputusan. Bisa juga karena paradigma di lingkungan kita yang sudah mendarah daging tapi tidak sesuai dengan nila-nilai yang tertanam di diri kita, Lalu terkadang ragu akan keputusan yang sudah diambil apakah menguntungkan untuk orang banyak atau tidak.
kesulitan muncul karena masalah perubahan paradigma dan budaya sekolah yang sudah dilakukan selama bertahun-tahun. Diantaranya adalah sistem yang kadang jika memaksa guru untuk memilih pilihan yang salah atau kurang tepat dan tidak berpihak kepada murid. Yang kedua tidak semua warga sekolah berkomitmen tinggi untuk menjalankan keputusan Bersama. Yang ketiga keputusan yang diambil kadang kala tanpa sepenuhnya melibatkan guru sehingga muncul banyak kendala-kendala dalam proses pelaksanaan pengambilan keputusan.
Dan pada akhirnya, apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita?
Pengambilan keputusan yang kita ambil ini akan sangat berpengaruh dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita. Ketika seorang guru sebagai pemimpin pembelajaran memiliki pengetahuan yang baik tentang langkah-langkah mengambil keputusan yang baik, ketika seseorang guru memiliki keterampilan itu dengan sangat apik maka guru akan membuat keputusan yang berpihak pada murid. dalam pembelajaran yang memerdekakan murid, murid dijadikan pusat dalam pembelajaran, ketika guru tersebut memutuskan untuk menciptakan ruang lingkup belajar yang menyenangkan, mampu memetakan kebutuhan murid yang beragam, mampu menjadi coach yang baik dan menerapakannya maka akan tercipta pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita.
Menurut pendapat saya, semua tergantung kepada keputusan seperti apa yang diambil, apabila keputusan tersebut sudah berpihak kepada murid dalam hal ini tentang metode yang digunakan oleh guru, media dan sistem penilaian yang dilakukan yang sudah sesuai dengan kebutuhan murid, maka hal ini akan dapat memerdekakan murid dalam belajar dan pada akhirnya murid dapat berkembang sesuai dengan potensi dan kodratnya. Namun sebaliknya apabila keputusan tersebut tidak berpihak kepada murid, dalam hal metode, media, penilaian dan lain sebagainya maka kemerdekaan belajar murid hanya sebuah omong kosong belaka dan tentunya murid tidak akan dapat berkembang sesuai potensi dan kondratnya.
Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?
Dalam mengambil keputusan sebagai pemimpin pembelajaran, kita harus benar- benar memperhatikan kebutuhan belajar murid yang berbeda dan beraneka ragam. Dengan keputusan yang kita ambil sudah mempertimbangkan kebutuhan murid maka murid dapat menggali potensi yang ada dalam dirinya dan kita sebagai pemimpin pembelajaran dapat memberikan pembelajaran yang sesuai denga kebutuhan belajarnya dan menuntun murid dalam mengembangkan potensi yang dimiliki. Dengan menjalankan Pratap Triloka kita bisa memberikan kesan yang positif dalam perkembangan murid-murid. Dengan mengambil keputusan sebagai pamong yang banyak menuntun bukan banyak menuntut memberikan bimbingan kepada murid untuk bisa menjalankan profil pelajar pancasila. Sehingga dengan memperhatikan kesemua itu dalam mengambil keputusan maka keputusan kita dapat berpengaruh terhadap keberhasilan dari murid di masa depannya nanti.
Keputusan yang diambil oleh seorang guru akan menjadi ibarat pisau yang disatu sisi apabila digunakan dengan baik akan membawa kesuksesan dalam kehidupan murid di masa yang akan dating. Demikian sebaliknya apabila kebutuhan tersebut tidak diambil dengan bijaksana maka bisa jadi berdampak sangat buruk bagi masa depan murid-murid. Keputusan yang berpihak kepada murid haruslah melalui pertimbangan yang sangat akurat dimana dilakukan terlebih dahulu pemetaan terhadap minat belajar, profil belajar dan kesiapan belajar murid untuk kemudian dilakukan pembelajaran berdiferensiasi yaitu melakukan diferensiasi konten, diferensiasi proses dan diferensiasi produk.
Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?
Pengambilan keputusan adalah suatu kompetensi atau skill yang harus dimiiki oleh guru dan harus berlandaskan kepada filosofi Ki Hajar Dewantara yang dikaitkan sebagai pemimpin pembelajaran. Pengambilan keputusan harus berdasarkan pada budaya positif dan menggunakan alur BAGJA yang akan mengantarkan pada lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman (well being). Dalam pengambilan keputusan seorang guru harus memiliki kesadaran penuh (mindfullness) untuk menghantarkan muridnya menuju profil pelajar pancasila. Dalam perjalanannya menuju profil pelajar pancasila, ada banyak dilema etika dan bujukan moral sehingga diperlukan panduan sembilan langkah pengambilan dan pengujian keputusan untuk memutuskan dan memecahkan suatu masalah agar keputusan tersebut berpihak kepada murid demi terwujudnya merdeka belajar.
Materi nya bagus pak, sukses terus pak ��
BalasHapusMantaap, salam CGP
BalasHapusPengambilan keputusan dalam proses pembelajaran harus dimiliki oleh guru sebagai pemimpin pembelajaran yang mengantarkan siswa menuju pembelajaran yang sesuai pancasila dan berpihak kepada siswa demi mewujudkan MERDEKA BELAJAR.
BalasHapusMantaap bro
BalasHapus