Konsep Pengambilan dan Pengujian Keputusan
Moda: Mandiri
Tujuan Pembelajaran Khusus: Guru dapat menerapkan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan dalam permasalahan yang mereka hadapi dan bersikap reflektif, kritis, dan kreatif dalam proses tersebut.
Bacalah sebuah artikel mengenai konsep pengambilan dan pengujian keputusan. Sebagai seorang pemimpin pembelajaran, Anda harus memastikan bahwa keputusan yang Anda ambil adalah keputusan yang tepat. Oleh karena itu perlu dilakukan pengujian untuk mengetahui apakah keputusan tersebut telah sesuai dengan prinsip-prinsip dasar pengambilan keputusan secara etis.
Artikel Klik disini
Mari kita terapkan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan pada studi kasus Ibu Tati sebelumnya.
Konsep Pengambilan dan Pengujian Keputusan
Mari kita terapkan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan pada studi kasus Ibu Tati sebelumnya.
Studi Kasus: Ibu Guru Tati
Ibu Tati adalah guru kelas V yang merupakan rekan kerja Anda, yang mana sama-sama mengajar kelas V yang kelasnya paralel. Ruangan kelas ibu Tati pun persis di sebelah ruangan kelas Anda. Ibu Tati terkenal sangat disiplin dan cenderung ‘galak’. Pada sisi lain, ibu Tati juga pekerja keras dan murid-muridnya pun selalu mendapatkan nilai-nilai yang sangat baik. Sebagian murid-murid sangat takut kepada ibu Tati, dan sebagian lain bisa menyesuaikan diri. Kepala Sekolah Anda dan orang tua murid juga sangat menghargai ibu Tati. Suatu hari, Anda mendengar tangisan seorang murid dan pergi keluar untuk melihat asal suara tangisan tersebut. Anda melihat seorang murid perempuan, kelas V sedang berlutut di atas bebatuan sekolah yang sangat panas hari itu, menghadap di depan pintu kelas ibu Tati. Anda melihat ibu Tati tampak tidak menghiraukan suara tangisan muridnya dan tetap mengajar seperti biasa, namun Anda bisa melihat bahwa beberapa murid di kelas ibu Tati mencoba untuk mencuri pandangan keluar kelas melihat temannya yang sedang menangis dan berlutut di terik matahari. Apa yang harus Anda lakukan? Apakah guru lain dapat menginterupsi di mana saat itu ada guru lain yang memiliki wewenang atas kelas yang dipimpinnya? Dalam kondisi ini apa yang bisa Anda lakukan? Dapatkah Anda menginterupsi, mengapa, dan bagaimana?
Langkah 1: Mengenali bahwa ada nilai-nilai yang saling bertentangan dalam situasi ini.
Ada 2 alasan mengapa langkah ini adalah langkah yang penting dalam pengambilan dan pengujian keputusan. Alasan yang pertama, langkah ini mengharuskan kita untuk mengidentifikasi masalah yang perlu diperhatikan, alih-alih langsung mengambil keputusan tanpa menilainya dengan lebih saksama. Alasan yang kedua adalah karena langkah ini akan membuat kita menyaring masalah yang betul-betul berhubungan dengan aspek moral, bukan masalah yang berhubungan dengan sopan santun dan norma sosial. Untuk mengenali hal ini bukanlah hal yang mudah. Kalau kita terlalu berlebihan dalam menerapkan langkah ini, dapat membuat kita menjadi orang yang terlalu mendewakan aspek moral, sehingga kita akan mempermasalahkan setiap kesalahan yang paling kecil pun. Sebaliknya bila kita terlalu permisif, maka kita bisa menjadi apatis dan tidak bisa mengenali aspek-aspek permasalahan etika lagi.
Apa nilai-nilai yang saling bertentangan dalam studi kasus tersebut?
Situasi tersebut Benar bahwa Bu tati adalah seorang yang disiplin dalam mengajar termasuk terhadap murid muridnya selalu menenamkan disiplin, benar bahwa bu tati melakukan tindakan tersebut terhadap muridnya adalah dalam rangka mendisiplinkan murid tersebut.
Antara sikap disiplin dan cara mendisiplinkan ini adalah kebenaran yang saling bertentangan, dimana cara bu tati tersebut tidak relevan digunakan untuk mendisiplinkan murid
Langkah 2: Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini
Bila kita telah mengenali bahwa ada masalah moral di situasi tertentu. Pertanyaannya adalah dilema siapakah ini? Hal yang seharusnya membedakan bukanlah pertanyaan apakah ini dilema saya atau bukan. Karena dalam hubungannya dengan permasalahan moral, kita semua seharusnya merasa terpanggil.
Siapa yang terlibat dalam situasi tersebut?
Melihat situasi tersebut tentu ini menjadi dilema bagi saya sebagai teman sejawat. Saya memahami bahwa kita harus menanamkan disiplin pada murid, disisi lain saya memahami dan tidak setuju dengan cara bu tati menerapkan pendisiplinan terhadap murid seperti itu
Langkah 3: Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini
Pengambilan keputusan yang baik membutuhkan data yang lengkap dan detail, seperti misalnya apa yang terjadi di awal situasi tersebut, bagaimana hal itu terkuak, dan apa yang akhirnya terjadi, siapa berkata apa pada siapa, kapan mereka mengatakannya. Data-data tersebut penting untuk kita ketahui karena dilema etika tidak menyangkut hal-hal yang bersifat teori, namun ada faktor-faktor pendorong dan penarik yang nyata di mana data yang mendetail akan bisa menggambarkan alasan seseorang melakukan sesuatu dan kepribadian seseorang akan tercermin dalam situasi tersebut. Hal yang juga penting di sini adalah analisis terhadap hal-hal apa saja yang potensial akan terjadi di waktu yang akan datang.
Apa fakta-fakta yang relevan dengan situasi tersebut?
Fakta bahwa bu Tati adalah guru yang disipln pada diri dan profesinya, kinerjanya bagus, dihormati kepala sekolah dan rekan guru lainnya, orangtua pun respek terhadap kedisiplinannya, hasil didikannya juga berdampak bagus secara kasat mata,
Fakta kedua, bahwa murid menangis sambil berlutut di depan pintu, siswa lain mencuri pandang pada guru lain berharap ada sesuatu yang terjadi, guru/ rekan kerja melihat peristiwa tersebut.
Peristiwa tersebut dimaksudkan untuk memberi efek jera pada murid yang berlaku sama dimasa yang lain. Di sisi lain pendisiplinan seperti itu sudah tidak relevan dan menyakiti hati nurani bagi siapa saja yang melihatnya, baik guru, anak, maupun orangtua. Bisa jadi orangtua tidak terima dan dapat menempuh jalur hukum untuk penyelesaiannya.
Langkah 4: Pengujian benar atau salah
Uji Legal
Pertanyaan yang harus diajukan disini adalah apakah dilema etika itu menyangkut aspek pelanggaran hukum. Bila jawabannya adalah iya, maka pilihan yang ada bukanlah antara benar lawan benar, namun antara benar lawan salah. Pilihannya menjadi membuat keputusan yang mematuhi hukum atau tidak, bukannya keputusan yang berhubungan dengan moral.
Uji Regulasi/Standar Profesional
Bila dilema etika tidak memiliki aspek pelanggaran hukum di dalamnya, mungkin ada pelanggaran peraturan atau kode etik. Konflik yang terjadi pada seorang wartawan yang harus melindungi sumber beritanya, seorang agen real estate yang tahu bahwa seorang calon pembeli potensial sebelumnya telah dihubungi oleh koleganya? Anda tidak bisa dihukum karena melanggar kode etik profesi Anda, tapi Anda akan kehilangan respek sehubungan dengan profesi Anda.
Uji Intuisi
Langkah ini mengandalkan tingkatan perasaan dan intuisi Anda dalam merasakan apakah ada yang salah dengan situasi ini. Apakah tindakan ini mengandung hal-hal yang akan membuat Anda merasa dicurigai. Uji intuisi ini akan mempertanyakan apakah tindakan ini sejalan atau berlawanan dengan nilai-nilai yang Anda yakini. Walaupun mungkin Anda tidak bisa dengan jelas dan langsung menunjuk permasalahannya ada di mana. Langkah ini, untuk banyak orang, sangat umum dan bisa diandalkan untuk melihat dilema etika yang melibatkan dua nilai yang sama-sama benar.
Uji Halaman Depan Koran
Apa yang Anda akan rasakan bila keputusan ini dipublikasikan pada halaman depan dari koran dan sesuatu yang Anda anggap merupakan ranah pribadi Anda tiba-tiba menjadi konsumsi masyarakat? Bila Anda merasa tidak nyaman membayangkan hal itu akan terjadi, kemungkinan besar Anda sedang menghadapi dilema etika.
Uji Panutan/Idola
Dalam langkah ini, Anda akan membayangkan apa yang akan dilakukan oleh seseorang yang merupakan panutan Anda, misalnya ibu Anda. Tentunya di sini fokusnya bukanlah pada ibu Anda, namun keputusan apa yang kira-kira akan beliau ambil, karena beliau adalah orang yang menyayangi Anda dan orang yang sangat berarti bagi Anda.
Yang perlu dicatat dari kelima uji keputusan tadi, ada tiga uji yang sejalan dengan prinsip pengambilan keputusan yaitu:
Uji Intuisi berhubungan dengan berpikir berbasis peraturan (Rule-Based Thinking) yang tidak bertanya tentang konsekuensi tapi bertanya tentang prinsip-prinsip yang mendalam.
Uji halaman depan koran, sebaliknya, berhubungan dengan berpikir berbasis hasil akhir (Ends-Based Thinking) yang mementingkan hasil akhir.
Uji Panutan/Idola berhubungan dengan prinsip berpikir berbasis rasa peduli (Care-Based Thinking), dimana ini berhubungan dengan golden rule yang meminta Anda meletakkan diri Anda pada posisi orang lain.
Bila situasi dilema etika yang Anda hadapi, gagal di salah satu uji keputusan tersebut atau bahkan lebih dari satu, maka sebaiknya jangan mengambil risiko membuat keputusan yang membahayakan atau merugikan diri Anda karena situasi yang Anda hadapi bukanlah situasi moral dilema, namun bujukan moral.
Mari kita lakukan pengujian benar atau salah terhadap situasi tersebut.
Apakah ada aspek pelanggaran hukum dalam situasi tersebut? (Uji lega)
Apakah ada pelanggaran peraturan/kode etik profesi dalam kasus tersebut? (Uji regulasi)
Berdasarkan perasaan dan intuisi Anda, apakah ada yang salah dalam situasi ini? (Uji intuisi)
Apa yang anda rasakan bila keputusan Anda dipublikasikan di halaman depan koran? Apakah anda merasa nyaman?
Kira-kira, apa keputusan yang akan diambil oleh panutan/idola Anda dalam situasi ini?
1. Di zaman sekarang ini hal seperti yang dilakukan bu Tati bisa dianggap pelanggaran hak asasi anak
2. Dalam peraturan sekolahpun dimanapun sudah tidak relevan hukuman fisik untuk dilakukan
3. Berdasarkan intuisi, saya juga kurang setuju dengan pendisiplinan seperti itu karena sisa psikis yang dialami anak kelak akan selalu teringat sepanjang masa.
4. Kemungkinan tidak nyaman pasti ada, akan tetapi nurani berkata bahwa situasi tersebut tetap harus diluruskan
5. Kepala sekolah, yayasan dan mungkin juga semua rekaaaan sejawat akan berpendapat sama dengan saya , untuk berani meluruskan hal tersebut supaya tidak berkepanjangan.
Langkah 5: Pengujian Paradigma Benar lawan Benar
Dari keempat paradigma berikut ini, paradigma mana yang terjadi di situasi ini?
Individu lawan masyarakat (individual vs community)
Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)
Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)
Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)
Apa pentingnya mengidentifikasi paradigma, ini bukan hanya mengelompokkan permasalahan namun membawa penajaman pada fokus kenyataan bahwa situasi ini betul-betul mempertentangkan antara dua nilai-nilai inti kebajikan yang sama-sama penting.
Jika situasinya adalah situasi dilema etika, paradigma mana yang terjadi pada situasi tersebut?
Paradigma Jangka pendek lawan Jangka panjang, dimana tindakan untuk mengingatkan Bu Tati tersebut berdampak pada keberlangsungan lembaga pendidikan, dari sekarang sampai keadaan setelahnya. Pemikiran untuk membuat citra baik dimata masyarakat kedepannya lebih diutamakan. Terlebih sebagai bentuk tanggungjawab kita terhadap psikis anak didik dimasa mendatang, agar tidak terjadi traumatik saat sekolah.
Langkah 6: Melakukan Prinsip Resolusi
Dari 3 prinsip penyelesaian dilema, mana yang akan dipakai?
Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)
Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)
Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)
Dari 3 prinsip penyelesaian dilema, prinsip mana yang akan dipakai?
Prinsip yang akan digunakan untuk mengatasi situasi tersebut adalah Berpikir Berbasis Peraturan (Rule Based Thinking), karena berkaitan dengan aturan dengan menjunjung tinggi prinsip dan nilai.
Langkah 7: Investigasi Opsi Trilema
Mencari opsi yang ada di antara 2 opsi. Apakah ada cara untuk berkompromi dalam situasi ini. Terkadang akan muncul sebuah penyelesaian yang kreatif dan tidak terpikir sebelumnya yang bisa saja muncul di tengah-tengah kebingungan menyelesaikan masalah.
Apakah ada sebuah penyelesaian yang kreatif dan tidak terpikir sebelumnya untuk menyelesaikan masalah ini (Investigasi Opsi Trilemma)?
Kemungkinan ada juga opsi lain, yaitu dengan mengajak diskusi Bu Tati dari hati ke hati tentang situasi yang terjadi
Langkah 8: Buat Keputusan
Akhirnya kita akan sampai pada titik di mana kita harus membuat keputusan yang membutuhkan keberanian secara moral untuk melakukannya.
Apa keputusan yang akan Anda ambil?
Keputusan yang dapat saya ambil adalah mendatangi bu Tati, berdiskusi dengannya tentang berbagai hal termasuk situasi yang terjadi saat itu. Membuat komitmen yang sesuai bersama sama., tentang cara pendisiplinan yang pas untuk anak didik di sekolah. Dengan begitu semua dapat teratasi dengan baik tanpa merusak keharmonisan warga sekolah
Langkah 9: Lihat lagi Keputusan dan Refleksikan
Ketika keputusan sudah diambil. Lihat kembali proses pengambilan keputusan dan ambil pelajarannya untuk dijadikan acuan bagi kasus-kasus selanjutnya.
Coba lihat lagi keputusan Anda dan refleksikan.
Menurut saya cara berdiskusi merupakan cara terbaik untuk dilakukan, tanpa menggurui ataupun menjustice, sehingga moral dan etika tetap berjalan beriringan sesuai aturan yang ada. Manfaatnya dapat membuat kesepakatan terbaik untuk masa mendatang terkait displin yang akan diterapkan pada semua warga sekolah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar